Q : Why can't we hate someone that much?
A : Cause you'll never know that he could be the person who loves you the most.
30.10.11
29.8.11
Mereka pahlawan saya
Ada satu orang teman saya yang agak-agak ble'e lagi sakit. Katanya ada semacam virus apaa gitu yang masuk ke badannya dia.
Suatu hari dia bbm saya, isinya begini:
"Selama gw sakit, nyokap bokap gw manjain gw banget. Jadi sedih."
Membaca bbm itu, saya jadi inget kejadian yang sama sewaktu saya masih menyandang label "anak kos" di kota seribu cerita, Bandung. Saya akui, saya itu orangnya cupu. Ga bisa kena angin malem, ga bisa kena asep rokok, minum es dikit aja bisa ngambek ini hidung. Rempong deh pokoknya.
Pada suatu hari, saya memang lagi sibuk-sibuknya di kampus. Tugas-tugas kuliah itu udah kaya 7-eleven. Terus bermunculan tanpa bisa diprediksi. Kerja kelompok sampai tengah malam, telat makan, begadang, gak jaga makan, seenaknya minum air es, kombinasi itu semua yang membuat tubuh ini mogok berfungsi secara normal. Terutama bagian THT. Telinga saya rasanya ingin dicopot, hidung saya hujan mulu dan tenggorokan saya, aduhaii sakitnya luar binasa. Ditambah lagi saat itu kota Bandung tercinta lagi pilek juga, hawa dingin dan hujan yang berkepanjangan menambah sempurnanya kesengsaraan saya.
Sampai puncaknya pada suatu tengah malam, saya tidak bisa tidur karena sakit yang tampaknya sudah mencapai tingkat tertinggi. Kalo di maicih level 10 itu tertinggi, mungkin rasa sakit fisik ini bisa disamakain dengan level tersebut.
Sebagai informasi, selain cupu, saya juga orangnya cengeng. Menangislah saya seorang diri di di pojok kamar kosan. This pain is just unbearable, kata saya waktu itu (yang saya akui lehebahay hehe). Biasanya orang kalo lagi sakit, sedih gitu kan maunya curhat ya, dan saya putuskan untuk menelepon ibu saya di Jakarta. Tumpahlah segala keluh kesah dan ibu saya dengan sabar mendengarkan. Saya nangis sejadi-jadinya loh itu dan tanpa sadar sayapun tertidur.
Jam 3 malam saya terbangun karena hp saya bunyi yang ternyata dari ibu saya. Beliau bilang sudah ada di depan kosan. Saya kaget, dan cepat-cepat keluar kosan dan hal selanjutnya yang terlihat adalah ibu bapak saya dengan wajah sangat lelah tengah berdiri di depan kosan menjemput saya untuk di bawa ke rumah sakit. Dan tumpahlah kembali air mata saya. Bapak saya itu sudah kepayahan kalo nyetir malam, ibu saya juga orangnya deg-deg-an kalo harus mengalami perjalanan malam. Tapi demi saya, anaknya yang kadang-kadang suka bandel, mereka rela melalui semua itu. Mereka pahlawan saya.
Saya cuma mau bilang ini aja sih, kadang kita sebagai anak suka terlalu sibuk ngurusin hal-hal di luar keluarga yang sebenernya ga terlalu penting. Tapi waktu kita susah, yang pasti ada buat kita ya cuma keluarga, terutama orangtua. Cerita di atas itu buat pengingat aja, buat saya juga, biar kita selalu ingat sama orangtua kita :)
Happy ied mubarak semuanya!
Suatu hari dia bbm saya, isinya begini:
"Selama gw sakit, nyokap bokap gw manjain gw banget. Jadi sedih."
Membaca bbm itu, saya jadi inget kejadian yang sama sewaktu saya masih menyandang label "anak kos" di kota seribu cerita, Bandung. Saya akui, saya itu orangnya cupu. Ga bisa kena angin malem, ga bisa kena asep rokok, minum es dikit aja bisa ngambek ini hidung. Rempong deh pokoknya.
Pada suatu hari, saya memang lagi sibuk-sibuknya di kampus. Tugas-tugas kuliah itu udah kaya 7-eleven. Terus bermunculan tanpa bisa diprediksi. Kerja kelompok sampai tengah malam, telat makan, begadang, gak jaga makan, seenaknya minum air es, kombinasi itu semua yang membuat tubuh ini mogok berfungsi secara normal. Terutama bagian THT. Telinga saya rasanya ingin dicopot, hidung saya hujan mulu dan tenggorokan saya, aduhaii sakitnya luar binasa. Ditambah lagi saat itu kota Bandung tercinta lagi pilek juga, hawa dingin dan hujan yang berkepanjangan menambah sempurnanya kesengsaraan saya.
Sampai puncaknya pada suatu tengah malam, saya tidak bisa tidur karena sakit yang tampaknya sudah mencapai tingkat tertinggi. Kalo di maicih level 10 itu tertinggi, mungkin rasa sakit fisik ini bisa disamakain dengan level tersebut.
Sebagai informasi, selain cupu, saya juga orangnya cengeng. Menangislah saya seorang diri di di pojok kamar kosan. This pain is just unbearable, kata saya waktu itu (yang saya akui lehebahay hehe). Biasanya orang kalo lagi sakit, sedih gitu kan maunya curhat ya, dan saya putuskan untuk menelepon ibu saya di Jakarta. Tumpahlah segala keluh kesah dan ibu saya dengan sabar mendengarkan. Saya nangis sejadi-jadinya loh itu dan tanpa sadar sayapun tertidur.
Jam 3 malam saya terbangun karena hp saya bunyi yang ternyata dari ibu saya. Beliau bilang sudah ada di depan kosan. Saya kaget, dan cepat-cepat keluar kosan dan hal selanjutnya yang terlihat adalah ibu bapak saya dengan wajah sangat lelah tengah berdiri di depan kosan menjemput saya untuk di bawa ke rumah sakit. Dan tumpahlah kembali air mata saya. Bapak saya itu sudah kepayahan kalo nyetir malam, ibu saya juga orangnya deg-deg-an kalo harus mengalami perjalanan malam. Tapi demi saya, anaknya yang kadang-kadang suka bandel, mereka rela melalui semua itu. Mereka pahlawan saya.
Saya cuma mau bilang ini aja sih, kadang kita sebagai anak suka terlalu sibuk ngurusin hal-hal di luar keluarga yang sebenernya ga terlalu penting. Tapi waktu kita susah, yang pasti ada buat kita ya cuma keluarga, terutama orangtua. Cerita di atas itu buat pengingat aja, buat saya juga, biar kita selalu ingat sama orangtua kita :)
Happy ied mubarak semuanya!
27.8.11
Nyaman itu..
Nyaman itu cukup tidur dengan sweater lusuh, celana piyama longgar dan sepasang kaus kaki buluk.
Nyaman itu jalanan jakarta menjelang lebaran.
Nyaman itu malam mingguan di rumah dengan ditemani seonggok buku-buku yahud dan segelas susu coklat paporit.
Nyaman itu bisa berbincang dengan seseorang tanpa kedua belah pihak merasa terganggu dengan ponsel pintarnya.
Nyaman itu bengong berjam-jam tanpa alasan yang jelas.
Nyaman itu rumah saya.
Nyaman itu mendengar seorang anak memanggil ibunya dengan sebutan "ibu"
Nyaman itu merasa tidak sendiri bahkan saat berada dikesendirian
Nyaman itu mencium bau seprai yang baru diganti.
Nyaman itu menjalani hidup yang terhindar dari distraksi Broadcast Message.
Nyaman itu keadaan tubuh setelah buang hajat.
Nyaman itu nama khas masyarakat Bali (itu nyomaaan coy!!)
Nyaman itu saat aku bersama kamu (uhuuk)
Nyaman ituu, udah aah capek
Nyaman itu jalanan jakarta menjelang lebaran.
Nyaman itu malam mingguan di rumah dengan ditemani seonggok buku-buku yahud dan segelas susu coklat paporit.
Nyaman itu bisa berbincang dengan seseorang tanpa kedua belah pihak merasa terganggu dengan ponsel pintarnya.
Nyaman itu bengong berjam-jam tanpa alasan yang jelas.
Nyaman itu rumah saya.
Nyaman itu mendengar seorang anak memanggil ibunya dengan sebutan "ibu"
Nyaman itu merasa tidak sendiri bahkan saat berada dikesendirian
Nyaman itu mencium bau seprai yang baru diganti.
Nyaman itu menjalani hidup yang terhindar dari distraksi Broadcast Message.
Nyaman itu keadaan tubuh setelah buang hajat.
Nyaman itu nama khas masyarakat Bali (itu nyomaaan coy!!)
Nyaman itu saat aku bersama kamu (uhuuk)
Nyaman ituu, udah aah capek
14.7.11
!
Gagal dan gagal lagi
Keadaan kurang nyaman yang belakangan ini rajin singgah
Seakan kata itu konsisten ada di setiap fase hidupku
Dia betah di sana, selalu ada, selalu menjelang
Coba dan coba lagi
Kalimat sederhana yang selalu terkait di diri
Persetan dengan lelah berdarah
Persetan dengan tangis meraja
Tidak akan pernah berhenti saya
Tidak akan pernah bungkam saya
Satu hal, semangat ini tidak akan pernah renta
Keadaan kurang nyaman yang belakangan ini rajin singgah
Seakan kata itu konsisten ada di setiap fase hidupku
Dia betah di sana, selalu ada, selalu menjelang
Coba dan coba lagi
Kalimat sederhana yang selalu terkait di diri
Persetan dengan lelah berdarah
Persetan dengan tangis meraja
Tidak akan pernah berhenti saya
Tidak akan pernah bungkam saya
Satu hal, semangat ini tidak akan pernah renta
25.3.11
Redefine Success
Someone just asked me a question; "How do you see yourself 10 years from now?" I didn't take a long time to answer. I see myself as a financially-secured individual, have a good career, have a gorgeous family and the bla and the bla. We are living in a society where success is defined as a material achievement. Success is having a lot of money.
What counts is money. Call me materialistic, well honey.. life is demanding.
And then there is this guy. He is a teacher of children with special needs. He has two majors in accounting and philosophy. At the moment, he is trying to pursue a scholarship to study abroad. He wants to take a master degree in Pedagogy with concentration in teaching children with special needs. His dream is simple; to teach children who are possess disability. He defines success in a very different way
What is this guy?
Suddenly I feel ashamed about myself.
What counts is money. Call me materialistic, well honey.. life is demanding.
And then there is this guy. He is a teacher of children with special needs. He has two majors in accounting and philosophy. At the moment, he is trying to pursue a scholarship to study abroad. He wants to take a master degree in Pedagogy with concentration in teaching children with special needs. His dream is simple; to teach children who are possess disability. He defines success in a very different way
What is this guy?
Suddenly I feel ashamed about myself.
27.2.11
I am (NOT) a robot
You can call me a robot from Monday to Friday.
But at the end of the week,
I have a life to live as a real human,
other than just being a robot.
But at the end of the week,
I have a life to live as a real human,
other than just being a robot.
Subscribe to:
Posts (Atom)